Bulletin Kesehatan 1:
Pernah ga, saat asyik-asyiknya bercinta Anda kentut? Wah bisa jadi ga hanya rasa malu saja yang Anda alami, tapi hasrat bercinta pun langsung nge-drop. Banyak pasangan yang mengaku tak nyaman dengan tingkah pasangan mereka saat bercinta, seperti bersendawa, kentut, nafas bau, keseringan menggaruk, dll. Meski bisa jadi tindakan itu bukan sebuah kesengajaan namun tetap tak bisa dianggap enteng. ada baiknya Anda perhatikan tips sebelum bercinta seperti yang dikutip dari jurnal commomsensediva berikut ini:
Kentut...?
Seperti kita tahu kentut adalah proses keluarnya udara dari perut yang bisa disebabkan oleh terdesaknya udara dari perut oleh makanan dan minuman yang Anda konsumsi dan tidak dikunyah dengan baik sehingga bahan makanan tertentu sulit dihancurkan oleh tubuh Anda. Udara juga bisa jadi pemicu kentut, karena banyaknya udara yang ada di dalam perut terutama saat udara dingin atau posisi perut tertekan.
Untuk menghindari kentut sebelum bercinta ini cobalah berbaring santai untuk menguras keluar cadangan gas di dalam perut Anda, dan perbanyak konsumsi makanan yang mudah dikunyah dan dicerna, seperti rebusan sayur, dan jus buah. Dan hindari minum soft drink, makan telur dan daging. Kacang-kacangan juga mengandung zat gula yang membuat bakteri di usus akan memproduksi banyak gas. Jagung, paprika, kubis, kembang kol, susu juga menjadi penyebab kentut meski baunya tak sedasyat telur.
Sendawa...?
Bukan hal yang seksi saat Anda tengah memeluk si Dia, mendadak Anda bersendawa. Ga ingin moment indah ini jadi musibah, berarti ada yang salah dengan lambung atau perut Anda. Selain karena banyaknya angin di perut Anda, makanan yang Anda konsumsi juga turut ambil peranan. Hindari makanan yang menghasilkan gas seperti ubi-ubian termasuk kentang, makanan pedas dan softdrink.
Bau Mulut...?
Jangan sampai saat Anda mau mencium pasangan atau pun mengeluarkan nafas, si dia langsung mual. Sebelum bercinta, coba cek makanan yang Anda konsumsi, rajin-rajin berkumur dengan mouthwash, dan mengetahui produksi air liur dalam mulut Anda. Menurut penelitian, produksi air liur dalam mulut berhenti saat Anda tidur, sehingga bakteri mengendap dan menimbulkan bau tak sedap. Cobalah minum air putih bercampur air lemon, sebelum menggosok gigi di pagi hari. Dan singkirkan sisa air liur plus bakteri di lidah dengan alat pembersih lidah serta dental floss. Dan tentu saja hindari makan atau minuman yang bisa menyebabkan bau mulut seperti petai, jengkol dan bawang.
Bau Kaki...?
Maksud hati Anda ingin mencumbu pasangan mulai dari ujung kaki, tapi aroma kakinya membuat Anda ilfil. Nah, untuk menyiasati hal ini, rajin-rajin merendam kaki dengan air dingin dan panas secara bergantian agar pori-pori kulit di kaki menjadi bersih dan bau berkurang. Mengganti kaos kaki setiap hari, menghindari sepatu berbahan sintetis yang tak memiliki pori-pori sebagai tempat bernafas bagi kaki.
Garuk Sana Sini...?
Inginnya sih tampil seksi di mata pasangan, namun justru bertingkah layaknya monyet berkutu yang garuk sana garuk sini. Ih, sungguh memalukan! Jika hal ini Anda alami, coba cek lingeri yang Anda kenakan, bisa jadi Anda alergi dengan bahan-bahan tertentu, misalnya menimbulkan gatal bahkan kemerahan dan iritasi kulit. Satu lagi, Anda tak perlu memaksa diri bergaya bak bintang film porno yang terlihat seksi dengan lingerie model G-string, karena bisa saja Anda justru tak nyaman dan terasa kaku. Nah jika belum siap memakai model yang macam-macam, kenakan pakaian dalam dari bahan katun yang bebas iritasi. Baju yang membuat Anda nyaman justru membuat Anda seksi, meski sekali-sekali Anda juga harus belajar membiasakan diri ber-lingeri seksi, asal jangan dipaksa!
Bulletin Kesehatan 2:
Tak selamanya kesehatan dan penyakit yang kita derita itu kita dapat dari gaya hidup sembrono yang kita jalani, tapi tahukah Anda jika tinggi pendeknya tubuh kita juga menentukan kualitas kesehatan kita. Penelitian terbaru menyebutkan orang bertubuh pendek cenderung memiliki memiliki kesehatan mental dan fisik yang buruk dibanding mereka yang memiliki tinggi rata-rata.
Dalam riset ini, para peneliti dari Denmark menganalisa lebih dari 14 ribu responden mulai tahun 2003 dalam sebuah survei kesehatan pada masyarakat Inggris. Data tersebut dianalisa untuk mengetahui hubungan antara tinggi badan dengan persepsi kesehatan seseorang.
Pria yang memiliki tinggi badan tak lebih dari 162cm dan perempuan yang tingginya tak lebih dari 151cm tercatat memiliki riwayat kesehatan yang buruk,
Persepsi ini muncul karena rata-rata orang pendek kerap kali berpikiran negatif dan merasa rendah diri dengan tinggi badan mereka.
Sementara jika mereka bisa menambah tinggi badan mereka, untuk pria sekitar 7 cm dan untuk wanita sekitar 6 cm, maka tingkat kualitas kesehatan mereka bisa naik sekitar 6,1 persen. Dari sini bisa ditarik kesimpulan, tinggi badan mampu memperbaiki perasaan dan gaya hidup seseorang yang turut andil menentukan kesehatan mereka.
Analisa ini ekuivalen dengan orang yang mampu menurunkan berat badan sekitar 10-15kg.
"Kita tahu bahwa orang bertubuh pendek seringkali mengalami kesulitan secara psikologis seperti saat mengenyam pendidikan, mencari pekerjaan, dan hubungan dengan mereka yang berbadan normal," papar Dr Torsten Christensen, pakar kesehatan dari Nordisk, yang merupakan salah satu peneliti.
"Meskipun studi ini tak menunjukkan berbadan pendek secara langsung akan mengurangi kesehatan fisik, namun perasaan minder dan tingkat emosi yang mereka alami otomatis akan mempengaruhi kualitas kesehatan mereka," tambah Christensen.
Senada dengan Christensen, Professor Gary Butler, profesor paediatrics and growth dari University of Reading, menyatakan bahwa ada bukti biologis bahwa orang bertubuh tinggi bisa menikmati hidup lebih baik ketimbang mereka yang bertubuh pendek.
"Kita tahu bahwa selalu ada hubungan antara kualitas sehat dan tinggi badan, dan ini berhubungan dengan beragam penyakit, meski lebih umum jantung yang mengalami gangguan. Orang menjadi sehat karena diawali dengan pola hidup sehat dan nutrisi baik yang dikonsumsi setiap hari, jadi pertumbuhan mereka bisa berjalan sempurna. Karena itu tak bisa dipungkiri jika tinggi badan dan kesehatan berjalan pararel," jelas Butler yang juga menjelaskan orang bertubuh pendek untuk tetap percaya diri, karena tubuh pendek bisa jadi karena gangguan pada hormon pertumbuhan atau mengalami Turner syndrome.
Reff: dari berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar