
Rasulullah SAW bersabda: "Empat perkara, apabila keempatnya ada padamu, maka tidak akan merugikan engkau dari apa yang tidak engkau peroleh dari dunia, yaitu: Benar dalam berbicara, menjaga amanah, akhlak yang baik dan tidak serakah dalam makanan" (HR Ahmad dan Thabrani).
Akhlak yang Baik.
Akhlak yang baik merupakan kekayaan yang paling mahal harganya bagi seorang muslim. Oleh karena itu Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak manusia. Sabda Rasulullah SAW: "Tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak" (HR Muslim).
Oleh karena itu, ketika orang tua telah mendidik anaknya dengan akhlak yang baik, itu menjadi pemberian yang paling berharga dari pada pemberian materi yang mahal sekalipun, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada pemberian yang diberikan orang tua kepada anaknya yang lebih baik dari pendidikan adab (akhlak) yang mulia" (HR Tirmizi).
Jadi jelas...! Bukan sekedar pendidikan yang bergengsi apalagi yang mahal. Tetapi pendidikan yang penuh dengan akhlak mulia...
Sekiranya seseorang atau keluarga, masyarakat, bangsa dan negara telah mencapai kemajuan dan kemakmuran yang besar, hal itu dapat kita rasakan sebagai sesuatu yang tidak ada artinya apabila masyarakat tidak memiliki akhlak yang baik (mulia). Bahkan seorang ulama besar bernama Syauqi Bey berkata: "Suatu bangsa akan tegak apabila baik akhlaknya, dan bila akhlak hancur maka hancurlah bangsa tersebut".
Keberhasilan Rasulullah SAW dalam berdahwah dan menjadi seorang pemimpin karena berakhlak baik terhadap setiap manusia. Sebagaimana riwayat dari Aisah istri tercinta sekaligus orang yang paling mengenal akhlak Nabi Muhammad SAW:
Di sebuah sudut kota Madinah, selalu ada seorang pengemis Yahudi yang buta. Setiap ada orang yang mendekatinya, ia selalu berkata: "Wahai saudaraku, janganlah engkau dekati Muhammad yang mengaku jadi rasul itu. Dia gila, pembohong dan tukang sihir, jika kamu mendekatinya dia akan mempengaruhimu". Walau begitu busuk hati dan perbuatan pengemis itu, setiap pagi Rasulullah SAW selalu membawakan makanan untuknya tanpa berkata, beliau menyuapi pengemis itu. Rasulullah melakukan hal tersebut hingga wafat.
Ketika Abu Bakar berkunjung ke rumah Aisah, beliau berkata: "Wahai anakku, adakah sunah Rasulullah yang belum aku kerjakan?" Aisah menjawab: "Wahai ayahku, engkau ahli sunah, hampir tidak ada sunah Rasulullah SAW yang belum ayah lakukan, kecuali setiap pagi Rasulullah pergi ke ujung pasar dengan membawa makan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana".
Keesokannya Abu Bakar pergi ke sudut pasar dengan membawa makanan. Abu Bakar memberikan makanan kepada sang pengemis. Ketika mulai menyuapi, pengemis tersebut berteriak: "Siapa kamu?". Abu Bakar menjawab: "Aku orang yang biasa". Pengemis tersebut membantah: "engkau bukan orang yang biasa datang. Apabila orang itu datang, tanganku tidak susah memegang dan mulutku tidak akan susah mengunyah, orang itu selalu menghaluskan makanan terlebih dahulu sebelum menyuapkannya padaku".
Abu Bakar tidak dapat menahan air matanya. Ia menangis sambil berkata jujur, "Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku sahabatnya. Orang mulia tersebut telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW".
Setelah pengemis Yahudi buta itu mendengar cerita Abu Bakar, ia menangis dan berkata: "Benarkah demikian?..., Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, tetapi ia tidak pernah memarahiku sedikitpun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi. Ia begitu mulia". Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya masuk Islam dan bersyahadat di hadapan Abu Bakar.
Itulah salah satu bentuk keagungan seorang Muhammad yang patut dicontoh akhlaknya.
Semoga renungan ini bermanfaat bagi kita semua dan kapan kita dapat mengikutinya....???
reff:Khairu Ummah 3/XVIII
Akhlak yang Baik.
Akhlak yang baik merupakan kekayaan yang paling mahal harganya bagi seorang muslim. Oleh karena itu Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak manusia. Sabda Rasulullah SAW: "Tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak" (HR Muslim).
Oleh karena itu, ketika orang tua telah mendidik anaknya dengan akhlak yang baik, itu menjadi pemberian yang paling berharga dari pada pemberian materi yang mahal sekalipun, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada pemberian yang diberikan orang tua kepada anaknya yang lebih baik dari pendidikan adab (akhlak) yang mulia" (HR Tirmizi).
Jadi jelas...! Bukan sekedar pendidikan yang bergengsi apalagi yang mahal. Tetapi pendidikan yang penuh dengan akhlak mulia...
Sekiranya seseorang atau keluarga, masyarakat, bangsa dan negara telah mencapai kemajuan dan kemakmuran yang besar, hal itu dapat kita rasakan sebagai sesuatu yang tidak ada artinya apabila masyarakat tidak memiliki akhlak yang baik (mulia). Bahkan seorang ulama besar bernama Syauqi Bey berkata: "Suatu bangsa akan tegak apabila baik akhlaknya, dan bila akhlak hancur maka hancurlah bangsa tersebut".
Keberhasilan Rasulullah SAW dalam berdahwah dan menjadi seorang pemimpin karena berakhlak baik terhadap setiap manusia. Sebagaimana riwayat dari Aisah istri tercinta sekaligus orang yang paling mengenal akhlak Nabi Muhammad SAW:
Di sebuah sudut kota Madinah, selalu ada seorang pengemis Yahudi yang buta. Setiap ada orang yang mendekatinya, ia selalu berkata: "Wahai saudaraku, janganlah engkau dekati Muhammad yang mengaku jadi rasul itu. Dia gila, pembohong dan tukang sihir, jika kamu mendekatinya dia akan mempengaruhimu". Walau begitu busuk hati dan perbuatan pengemis itu, setiap pagi Rasulullah SAW selalu membawakan makanan untuknya tanpa berkata, beliau menyuapi pengemis itu. Rasulullah melakukan hal tersebut hingga wafat.
Ketika Abu Bakar berkunjung ke rumah Aisah, beliau berkata: "Wahai anakku, adakah sunah Rasulullah yang belum aku kerjakan?" Aisah menjawab: "Wahai ayahku, engkau ahli sunah, hampir tidak ada sunah Rasulullah SAW yang belum ayah lakukan, kecuali setiap pagi Rasulullah pergi ke ujung pasar dengan membawa makan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana".
Keesokannya Abu Bakar pergi ke sudut pasar dengan membawa makanan. Abu Bakar memberikan makanan kepada sang pengemis. Ketika mulai menyuapi, pengemis tersebut berteriak: "Siapa kamu?". Abu Bakar menjawab: "Aku orang yang biasa". Pengemis tersebut membantah: "engkau bukan orang yang biasa datang. Apabila orang itu datang, tanganku tidak susah memegang dan mulutku tidak akan susah mengunyah, orang itu selalu menghaluskan makanan terlebih dahulu sebelum menyuapkannya padaku".
Abu Bakar tidak dapat menahan air matanya. Ia menangis sambil berkata jujur, "Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku sahabatnya. Orang mulia tersebut telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW".
Setelah pengemis Yahudi buta itu mendengar cerita Abu Bakar, ia menangis dan berkata: "Benarkah demikian?..., Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, tetapi ia tidak pernah memarahiku sedikitpun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi. Ia begitu mulia". Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya masuk Islam dan bersyahadat di hadapan Abu Bakar.
Itulah salah satu bentuk keagungan seorang Muhammad yang patut dicontoh akhlaknya.
Semoga renungan ini bermanfaat bagi kita semua dan kapan kita dapat mengikutinya....???
reff:Khairu Ummah 3/XVIII
Tidak ada komentar:
Posting Komentar