Total Tayangan Halaman

Rabu, 01 April 2009

Saatnya Ekonomi Islam Menjadi Solusi

oleh: Nurul Huda

Berkali-kali krisis ekonomi telah melanda perekonomian dunia. Penyebabnya pun bermacam-macam. Dari mulai krisis minyak dunia hingga yang paling sering adalah krisis keuangan. Semantara sistem ekonomi yang ada tidak mampu menahan laju krisis tesebut. Sistem ekonomi dunia yang menggunakan sistem ekonomi kapitalis tidak mampu lagi mengatasi permasalahan-permasalahan ekonomi yang muncul. Sehingga perlu kiranya ada sistem baru yang dapat dikembangkan dan manjadi solusi perekonomian dunia keluar dari permasalahan-permasalahan yang akan muncul kemudian. Untuk menjawab hal tersebut kantor berita ekonomi syariah, Bahrul Muhtasib, melakukan wawancara dengan Nurul Huda, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Yarsi, berikut petikannya:

Krisis keuangan global sudah sedimikian rupa merambah sistem perekonomian dunia. Bagaimana Anda melihat perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini, terutama perkembangan ekonomi Islam?

Pertama, kalau kita melihat dari perspektif ekonomi kita tidak akan keluar dari perspektif indikator makro ekonomi. Biasanya yang menjadi indikator ekonomi itu adalah pertumbuhan ekonomi, inflasi, masalah nilai tukar, dan juga masalah pengangguran. Selain indikator-indikator yang lain, seperti di Pasar Modal melihat pertumbuhan IHSG. Hal-hal tersebut yang biasanya dapat dijadikan sebagai indikator ekonomi. Indikator tersebut digunakan untuk melihat perspektif pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Kalau kita melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2008 masih cukup bagus, yaitu di tutup pada level 6,3 persen. Sementara untuk tahun 2009 pemerintah mencanangkan laju pertumbuhannya 3 - 4,5 persen. Karena ini adanya penurunan komponen-komponen yang ada dalam indikator ekonomi. Antara lain, misalnya komponen ekspor. Saat ini ekspor memberikan impact yang cukup besar. Dari bulan Januari hingga Maret 2009 penurunan sangat besar. Tentunya dengan penurunan ekspor ini dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi. Sebenarnya saya sendiri sangsi dengan target yang telah ditentukan pemerintah. Karena apa? Hasil review IMF di bulan Februari menargetkan pertumbuhan ekonomi dunia minus setengah (1/2) persen hingga satu setengah persen.

Kenapa?

Karena global financial crisis. Impact krisis keuangan global ini benar-benar menghancurkan pertumbuhan ekonomi dunia. Bank-bank tidak berjalan, karena keuangannya habis untuk menginjeksi perekonomian. Makanya IMF sangat pesimis.

Bagaimana posisi ekonomi Islam sekarang?

Sebenarnya, inilah saatnya ekonomi Islam masuk. Kita akui tahun 2007 pertumbuhannya cukup bagus, begitu juga tahun 2008. Tapi, bagusnya itu hanya dalam perspektif konsumtif. Indonesia tumbuh sampai 6,5 persen itu dominan pada hal-hal yang bersifat konsumtif. Sebenarnya kalau kita berbicara pertumbuhan makro itu terkait dengan consumtion, investment, goverment expenditur, dan terkait dengan net export-nya. Akan tetapi, pertumbuhan kita saat ini lebih dikarenakan faktor consumtion. Bisa kita katakan pertumbuhannya tidak berkualitas.

Hubungannya dengan ekonomi Islam?

Kenapa saya katakan ekonomi Islam saat ini bisa masuk? Ekonomi Islam itu adalah sistem ekonomi yang mengedepankan adanya underlying asset, yaitu adanya kesetaraan antara sektor moneter dan sektor riil. Sering juga disebut sebagai economic one of one. Artinya, kalau ada pertumbuhan 1 persen disektor moneter, maka di sektor riil juga harus tumbuh 1 persen. Itulah yang terjadi di sistem ekonomi Islam. Misalkan, anda bisa melihat sekarang yang telah dilakukan perbankan syariah, alokasi dananya disalurkan pada sektor riil. Artinya, dengan seperti ini mendorong adanya pertumbuhan investasi. Ketika investasi yang berkembang baru kita bisa menyebut pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Makanya, harus ada keseimbangan antara riil sector dan moneter sector.

Apakah harus selalu seperti itu?

Krisis terjadi karena apa? Karena suprime morgage. Suprime morgage karena apa? Lebih karena persoalan moneter. Moneter yang notabene sudah diliputi oleh konsep-konsep derivatif transaction, terus adanya fiat money. Hal ini secara esensi islamic view-nya tidak sejalan.

Apakah memang pertumbuhan ekonomi bisa dikatakan berbobot hanya karena adanya pertumbuhan investasi?

Iya. Investasi adalah adanya gambaran pembangunan di suatu negara. Investasi itu adanya pertambahan barang-barang dan modal. Itu merupakan cerminan dari kemajuan ekonomi suatu negara. Jangan sampai pertumbuhan dari faktor consumtion yang dominan. Seperti apa misalnya, sekarang pemerintah memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat. Karena apa? Supaya masyarakat mempunyai kemampuan daya beli. Masyarakat kecil masih sempat belanja. Konsumsi dengan BLT tersebut.

Sebenarnya harapannya apa dari pemerintah?

Harapannya dengan konsumsi tersebut masih bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Lantas kenapa investasi belum berkembang?

Pemerintah melalui Bank Indonesia sudah menurunkan SBI dari 8,25 menjadi 7,75. Turun sampai 50 basis point. Yang terjadi apa? Kalau anda lihat saat ini suku bunga bank masih pada kisaran 14 persen. Suku bunga belum juga diturunkan. Padahal salah satu komponen yang mempengaruhi investasi adalah interest rate (suku bunga). Bagaimana kita bisa mengharapkan pertumbuhan dari investasi sekiranya komponen yang mendukungnya masih belum sejalan.

Kembali ke persoalan consumtion. Apakah consumtion sendiri tidak bisa menumbuhkan investasi? Misalkan, dengan daya beli masyarakat terhadap suatu barang meningkat, berarti bisa menyebabkan peningkatan produksi barang tersebut, dan peningkatan produksi suatu barang bukankah sebagai peningkatan investasi?

Betul. Itu istilahnya interraning. Artinya, memungkinkan itu (pertumbuhan investasi) tapi tidak secara langsung. Memang secara teori bisa kita jabarkan bahwa sekiranya consumtion meningkat maka demand akan meningkat. Ketika demand meningkat akan mendorong peningkatan supply, dan supply akan mendorong investasi. Tapi bagaimana investasi mau meningkat sekiranya pembiayaan untuk investasi tidak tersedia.

Tadi Anda sudah mengatakan bahwa saatnya sekarang ini ekonomi Islam masuk. Posisinya, apakah ekonomi Islam sebagai solusi atau alternatif?

Kalau saya lebih suka menggunakan istilah sebagai solusi. Saya lebih menekankan itu. Ada beberapa kejadian krisis ekonomi sebenarnya mencerminkan adanya badnews dalam sistem kapitalis. Artinya, ketika suatu sistem sudah banyak badnews-nya kenapa harus kita pertahankan siste tersebut. Itu secara esential. Makanya, ekonomi Islam lebih tepat sebagai solusi.

Bukankah konsekwensi ketika mengatakan ekonomi Islam sebagai solusi tidak terlalu mudah. Banyak sekali perubahan-perubahan sistem yang harus dilakukan. Artinya, disini akan terjadi perubahan-perubahan yang sangat luar biasa.

Iya, saya setuju itu. Karena selama ini banyak orang yang masih menganggap ekonomi Islam areanya masih di moneter, hanya pada lembaga keuangan syariah saja. Itulah yang saya katakan, kalau toh ada yang namanya dual banking system itu tahap awal, selanjutnya harus ada dual economic system. Kalau kita masih menempatkan ekonomi Islam sebagai alternatif maka tingkat kefokusannya akan berbeda jika kita mengatakanya sebagai solusi. Banyak hal memang yang harus dibangun. Memang masih banyak sektor yang perlu di adjustmen lagi. Tapi, kalau kita melihat saat ini, ketika terjadi krisis keuangan global, sistem ekonomi Islam sudah saatnya menjadi solusi. Secara global memang belum sepenuhnya, tetapi secara parsial sudah banyak sektor yang menunjukkan ekonomi Islam bisa menjadi solusi.

Apakah memang ada kemungkinan di Indonesia ada dual economic system?

Ketika menjawab pertanyaan itu sebenarnya ada dua perspektif yang harus dilihat. Yang pertama kita bisa melihat pada keinginan masyarakat (market driven). Yang kedua adanya goverment driven. Saya ambil kasus di Arab Saudi, kalau tidak salah 95 persen market driven-nya menginginkan ekonomi Islam sebagai sistem disana, akan tetapi goverment driven-nya masih belum menentukan kebijakan-kebijakan atau aturan-aturan yang complicated terkait dengan keinginan masyarakat tadi. Kalau kita mau lihat prototipe yang bagus sebenarnya adalah negara Malaysia. Di Malaysia market driven jalan kemudian ditunjang oleh goverment driven. Sementara kalau kita melihat di Indonesia memang market driven-nya belum lah maksimal, ditambah dengan goverment driven-nya juga belum jalan. Pemerintah saat ini masih menganggap ekonomi Islam hanya pada sektor keuangan saja. Sementara sektor lain masih belum dilihat. Makanya, menjadi tugas kita untuk membuka mainset mereka. Tapi saat ini kita bisa melihat pemerintah sudah mulai megarah ke arah sana. Contohnya bisa kita lihat pada tanggal 5 Maret 2009 diadakan World Islamic Economic Forum di Indonesia. Saya kira dengan mengadakan itu komitmen pemerintah Indonesia sudah ada. Pemerintah sudah mulai sangat terbuka.

Kalau nantinya dual economic system sudah berjalan, apakah nanti tidak memungkinkan akan saling bunuh dari kedua sistem tersebut, atau memang akan berjalan secara bersama-sama?

Ada dua pola ketika kita mengkaji hal tersebut. Pertama kita dapat menggunakan pola recontruction. Kedua dengan pola decontruction. Semantara yang sekarang berjalan kita masih menggunakan sistem decontruction. Artinya, hal-hal yang ada dalam sistem ekonomi kapitalis yang masih sejalan dengan value ekonomi Islam, maka masih tetap kita pakai. Tapi ketika sudah berbenturan dengan Islamic value, maka itulah yang harus di rekontruksi.[roel]

Sumber http://www.pkesinteraktif.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar