Total Tayangan Halaman

Rabu, 10 Desember 2008

Rasa Cinta ataukah Takut pada Allah...?

Pertanyaan:

Mengapa ada begitu banyak ketakutan pada Allah? Kita seharusnya mencintai Allah bukan takut pada-Nya....???


Anda benar bahwa kita seharusnya mencintai Allah namun pada saat yang sama juga tidak benar kalau mengatakan bahwa cinta kepada Allah tapi mengecualikan rasa takut pada-Nya. Selain kita mencintai Allah kita juga harus takut akan murka-Nya. Karena memang faktanya bahwa selain Allah itu Maha Besar dan Maha Mulia, Maha Pengasih dan Maha Penyayang juga Allah itu Maha Adil dan Maha keras hukuman-Nya.

Jika kita ingin menggali lebih dalam lagi tentang masalah ini, kita harus memperjelas hal-hal sebagai berikut:

Masalah cinta pada Allah bukan hanya masalah yang berdasarkan kesimpulan dan akal saja; tetapi lebih kepada berdasarkan wahyu/firman-Nya; cara untuk lebih dekat kepada Allah telah ditentukan dalam wahyu-Nya dan bukan karena kesimpulan sendiri.
Dia adalah Allah dan Allah-lah yang menentukan bagaimana mengajarkan manusia cara untuk mendekati-Nya. Kalau tidak maka kita malah akan membandingkan Allah dengan ciptaan-Nya sendiri dan yang pada akhirnya kita akan terus saja mereka-reka seperti apa Allah di pikiran kita. Untuk itu tidak ada cara lain bagi manusia untuk mengenal sifat Allah kecuali melalui wahyu-Nya.


Allah memberitahukan kepada manusia tentang sifat-Nya dalam Al-Qur'an
: “Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih. “(Qur’an: 15: 49-50).


Di ayat yang lain Allah menggambarkan diri-Nya sebagai berikut: “….......Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui, Yang Mengampuni dosa dan Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya. Yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk).” (Qur’an: 40: 2-3).


Dalam firman-Nya Allah memberitahukan kepada kita bahwa sebagai hamba-Nya kita harus mengembangkan rasa cinta dan harapan kepada Allah dengan rasa takut akan murka-Nya, karena Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan juga Allah Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya.
Rasa takut saja tanpa harapan tidak dianjurkan seperti halnya harapan tapi tanpa rasa takut pun akan sama.

Cara yang ideal adalah menggabungkan antara cinta pada Allah dengan harapan akan ampunan-Nya. Hal ini berdasarkan Al-Qur'an yang merupakan jalan hidup para Nabi yang merupakan sosok ideal bagi umat manusia, “…Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami.” (Qur’an: 21: 90).


Kita harus takut kepada Allah dengan cara kita menghindari perbuatan yang dapat membuat Dia murka; dan kita harus tetap berharap akan ampunan Allah. Ketika kita meminta ampunan maka kita tidak perlu untuk segan-segan menyesali perbuatan buruk kita dan merubah diri kita agar bisa mendapatkan ampunan Allah SWT.


Sangat sulit untuk menjelaskan hal ini secara rasional. Lebih mudahnya lagi seperti ini: bagi manusia yang mencintai dengan sepenuh hati seseorang maka dia juga harus takut akan tidak bisa menyenangkan/ membuat marah orang yang dicintainya dan dia pun akan sangat hati-hati untuk berkata-kata atau melakukan perbuatan yang dapat membuat orang dicintainya itu marah.


(posted by roemasa, October 16th, 2008).--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar