Total Tayangan Halaman

Sabtu, 14 Maret 2009

Tokoh Perbankan Syariah...

Ir. Adiwarman Azwar Karim, SE, MBA,MSc

Adiwarman Azwar Karim, konsultan bisnis & finansial ,mantan wakil direktur BMI.

Lahir di Jakarta, 29 Juni l963. Ayahnya berasal dari Padang, daerah yang banyak menghasilkan ulama-ulama terkenal. Semula ayahnya seorang jaksa, tapi kemudian mengundurkan diri dan lebih memilih menjadi pengacara. Adi lahir empat bersaudara, semuanya laki-laki dan sarjana hukum, kecuali Adi sendiri yang `menyimpang' menjadi sarjana ekonomi.

Sejak kecil ia sudah dikenalkan dengan pendidikan agama. Tetapi ketika remaja, Adi sempat terseret pergaulan anak-anak ibukota. Ia lebih senang hura-hura dan disko ketimbang belajar atau ngaji. "Koleksi kaset dan piringan hitamnya masih saya simpan sampai sekarang," katanya. Beruntung otaknya encer, sehingga bisa melewati jenjang sekolah menengah dengan cukup

baik.

Tetapi sikap suka hura-huranya tetap melekat hingga ia kuliah di IPB Bogor jurusan Ekonomi Pertanian. Akibatnya, nilainya jeblok. Sadar dengan itu, ia berusaha melepaskan diri dari pergaulan teman-temannya yang tak terkontrol. Caranya, ia mengambil kuliah lagi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI).


"Dengan begitu saya punya alasan untuk menolak kalau diajak kawan-kawan pesta," tuturnya.


Apalagi ayahnya kemudian jatuh sakit terserang kanker hingga meninggal dunia tahun 1985. Peristiwa itu mengingatkan Adi untuk lebih dekat lagi kepada yang Kuasa. Dan memang Adi akhirnya lebih intens mengkaji Islam. Ia nyantri di pesantren tasawuf Al Ihya' di Bogor. "Dulu ke mana-mana pakai jubah," katanya menggambarkan keberagamaannya saat itu.


Lulus dari IPB tahun l986, kemudian melanjutkan ke European University, Belgia, untuk mengambil gelar MBA. Uniknya, kuliahnya di UI diselesaikan setelah setahun ia meraih MBA. Belum puas dengan ilmu yang telah diraih, tahun l992 Adi mengambil master di Boston University, Amerika Serikat atas beasiswa USAID. Thesis masternya tentang Bank Islam di Iran.


Laki-laki yang hobi membaca buku dan memelihara ayam ini mengaku, dulu ketika berniat mendalami ekonomi Islam ia tak pernah mempertimbangkkan bahwa ilmu yang ditekuni itu bisa memberinya masa depan yang baik.


Apalagi rezim Soeharto saat itu lagi gencar-gencarnya memberangus Islam. "Jaman itu kita (ummat Islam) lagi dioyak-oyak," kata Adi menggambarkan situsi saat itu.


Tapi jaman berubah. "Kalau sekarang sih hitung-hitungannya, kalau saya tidak menggeluti

ekonomi Islam, saya tidak sengetop ini he.. he.. benar nggak? Namun satu hal yang diyakini pria yang tidak merokok ini, sesuatu kalau ditekuni secara serius kita akan jadi jagoan. "Begitu sunnatullahnya," tegasnya.

Sumber http://shariaeconomy.blogspot.com/search/label/Tokoh%20Ekonomi%20Syariah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar